Arak-arakan Bregodo

Selamatan atau disebut juga "Tasyukuran" merupakan sebuah Tradisi Ritual yang hingga kini tetap dilestarikan oleh sebagian besar Masyarakat Jawa. Upacara Adat ini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur atas anugerah dan karunia yang diberikan Sang pencipta. Tasyukuran dilakukan dengan mengundang beberapa kerabat atau tetangga. Secara tradisional acara syukuran dimulai dengan doa bersama, dengan duduk bersila di atas tikar, melingkari nasi tumpeng dengan lauk pauk.
Arak-arakan gunungan Tayukuran Masjid Baitussyakur

Gunungan yang digunakan sebagai sajian Tasyukuran


Gunungan yang digunakan sebagai sajian Tasyukuran








Pada tahun 1960 sampai dengan 1985 Dusun Manding pernah didatangi dua menteri sosial Republik Indonesia, Yaitu : Menteri sosial Rusia, SH pada tahun 1967 dan Menteri Sosial Tambunan, SH pada tahun 1985. Kedua menteri tersebut melihat secara langsung Dusun Manding atau Dawang yang baru terkenal, karena masyarakatnya bergotong-royong membuat rumah bentuk Limasan secara gotong-royong. Setiap tahunnya bisa membuat 4 rumah bentuk Limasan (seragam) dengan gotong royong.
Adapun kegiatan yang menunjang pada waktu itu disetiap dusun dibentuk kegiatan yang namanya LSD (Lembaga Sosial Desa). Pada tahun 1960 sampai dengan 1985, kepala dinas Bantul Bapak Sartono, untuk ketua LSD di Dusun Manding Bapak Sastro Budiman, untuk penggerak masyarakat Dawang yaitu Bapak Parto. Karena kesuksesan masyarakat Manding Dawang bergotong-royong membuat rumah penduduk, maka laporan itu sampai ditingkat menteri sosial maka yang pertama, menteri sosial Rusiah, SH datang di Manding melihat secara langsung rumah hasil gotong-royong tersebut dan pada waktu menteri sosial terkesan, maka dia memberi kenang-kenangan antara lain yang berguna untuk membangun :
1.     Sarana pendidikan, dengan didirikan bangunan TK.
2.     Sarana kesehatan, dengan didirikan bangunan Puskesmas.
3.     Sarana agama, dengan didirikan bangunan Mushola.
4.     Sarana kesenian, dengan didirikan bangunan panggung kesenian.